Rabu, 28 September 2016

Perebutan Kursi DKI 1


Belakangan ini, politik indonesia diramaikan oleh perebutan kursi gubernur DKI Jakarta.
Sebelumnya banyak nama-nama tenar sempat mengisi bursa DKI 1 semisal Wali Kota Bandung (Ridwan Kamil), Politikus Yusril Indra Mahendra, Lulung Lunggana, Musisi Ahmad Dhani dan Wali Kota Surabaya (Tri Risma). 

Namun nama-nama tersebut terpatahkan seiiring berjalannya waktu. Drama berlanjut menjelang ahir  pendaftaran calon gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu, PDIP yang sempat berseteru dengan Ahok justru resmi mendeklarasikan pasangan Ahok-Djarot sebagai Cagub dan Cawagub DKI bersama dengan partai Golkar , Nasdem dan Hanura. 

Sementara hal tak kalah mengejutkan datang dari kediaman mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono  di Cikeas Bogor. Partai Demokrat sebagai poros tengah resmi mengusung Agus Harimurti Yudhoyono -Sylviana Murni untuk maju dalam pilkada DKI. Pasangan ini pun didukung pula oleh Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai  Persatuan Pembangunan (PPP)

Dikubu lain pun tak kalah mengejutkan, setelah sebelumnya Sandiaga Uno - Yusril digadang gadang menjadi calon yang bakal diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Justru menjelang ahir pendaftaran nama Anies Baswedan - Sandiaga Uno lah yang muncul untuk dicalonkan oleh dua partai ini.

Jika melihat hasil yang diusung masing-masing kubu, bisa disimpulkan jika pada pilkada kali ini masih berkutat kepada tiga poros pemimpin kubu. Mereka yaitu kubu Megawati, kubu SBY dan kubu Prabowo. Jika melihat kebelakang ketiga sosok ini merupakan efek lanjutan dari perebutan kursi presiden beberapa waktu lalu. Maka tidak bisa dipungkiri pula jika ketiga sosok ini menjadi sosok berpengaruh tidak hanya di masing-masing kubu namun di perpolitikan Indonesia.





Menilik Kekuatan Masing-Masing Calon


1. Ahok-Djarot



Pasangan pertama menjadi kadidat kuat untuk kembali memimpin Jakarta, Pasalnya menurut hasil survei dari berbagai lembaga survei tingkat elektabilitas Ahok unggul jauh dari para pesaingnya. Selain itu hasil kerja mereka berdua dianggap oleh beberapa masyarakat Jakarta cukup berhasil untuk menghadirkan perubahan di DKI. contoh nyata yang banyak disebut yaitu masalah banjir dan pembangunan.

Namun bukan berarti langkah mereka bakal berjalan mulus untuk kembali menjabat sebagai orang nomor 1 dan 2 di DKI. Pasalnya setalah munculnya nama Agus dan Anies justru tingkat elektabilitas Ahok semaki menurun meskipun masih unggul jauh dari pasangan lainya. Hal itu disebabkan oleh sifatnya yang ceplas ceplos dan tegas, banyak orang yang tidak menyukai gaya kepemimpinannya tersebut. Jika pasangan Ahok-Djarot terlena bukan tidak mungkin jika pasangan ini harus mengakui keunggulan lawan-lawannya kelak.


2. Anies - Sandiaga



Pasangan kedua ini pun bisa menjadi kuda hitam dalam pilkada DKI nanti. Nama Anies Baswedan bukan nama baru di perpolitikan indonesia. Anies sempat menjadi peserta konvensi partai demokrat untuk pilpres 2014, Ia pernah terlibat  tim sukses pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, Ia juga pernah menjabat sebagai mentri pendidikan dan kebudayaan. Selai sebagai politikus Trek record Anies sebagai akademisi menjadi modal kuat untuk dijual nantinya untuk menyaingi kedua pasangan lainya. Selain itu kedua pasangan ini dikenal sebagai sosok yang santun bisa menjadi senjata lainya yang bisa dijual nantinya 

Namun meski begitu banyak kalangan memprediksi jika keduanya tidak terlalu menjadi ancaman serius bagi dua pasangan lainya. Ada beberapa faktor yang banyak kalangan menilai seperti itu. Yang pertama yaitu mengenai pernyataan Anies terhadapa Prabowo saat pilpres beberapa waktu lalu saat menjadi tim suskes Jokowi-JK , disebut bisa memecah suara dari partai gerindra. Faktor kedua yaitu elektabilitas sandiaga uno yang tak kunjung naik menjadi faktor penghambat lainya.


3. Agus Harimurti - Sylviana 


Pasangan ketiga ini menjadi kandidat kuat pesaing Ahok-Djarot. Sosok Agus saat masih di tentara menjadi sosok paling digemari oleh kalangan remaja khususnya wanita. Selain itu, sosoknya yang kharismatik, sifatnya yang santun dan kalem namun tetap tegas khas militer menjadi modal berharga dirinya bersaing dalam perebutan kursi DKI 1. 

Maka tak heran jika beberapa partai besar indonesia menginginkannya untuk menjadi lawan Ahok-Djarot di pilkada DKI. Tak tanggung tanggung 4 partai besar yang menamakan dirinya koalisi poros tengah pun mengusung dirinya antara lain Partai Demokrat, PAN,PKB dan PPP. Tak sampai disitu baru-baru ini dukungan pun dari 9 partai tang tergabung dalam koalisi Bhineka Tunggal Ika pun ikut mendukung dirinya. Kesembilan partai tersebut masing-masing ‎Partai Matahari Bangsa, Pakar Pangan, ‎ Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Buruh, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Pelopor, Partai Barisan Nasional dan Partai Pribumi.

Sebagai gebrakan awal didunia politik, Putra dari Susilo Bambang Yudhoyono ini patut diperhitungkan. Bahkan menurut beberapa pengamat politik Agus Harimurti ini diproyeksikan untuk maju dalam Pilpres 2024 nanti. Bahkan ada pengamat politik yang menilai langkah yang di ambil SBY ini mencalonkan anaknya sebagai langkah awal untuk memperkenalkan figur baru sekaligus menilai sejauh mana sosok anaknya dikenal dan dipercaya oleh masyarakat. Memang Partai Demokrat sendiri sedang membangun kembali kepercayaan masyarakat setelah saat diera SBY banyak kader demokrat yang terjerat kasus korupsi.Sebelum nantinyaa pertarungan sesungguhnya pada pilpres 2024 nanti saat era presiden jokowi sudah habis dua periode. 

Meski cukup menjanjikan, pasangan ini dinilai masih belum layak untuk memimpin Jakarta selama lima tahun kedepan. Minimnya pengalaman menjadi faktor utama penghambat keduanya. Namun pasangan ini mempunyai potensi kuat untuk menjegal pasangan Ahok-Djarot.




Setelah menilik kekuatan masing-masing calon bisa dipastikan jika pilkada DKI nanti akan berlangsung sangat ketat. Apalagi ketiganya memiliki trek record baik di masing-masing bidang.  Publik pun berharap jika dalam pilkada nanti berlangsung bersih tanpa adanya saling menghina antara pasangan dari masing masing pendukung. Apalagi dengan masuknya Anies Baswedan dan Agus Harimurti  yang dikenal santun bisa menciptakan suasana kampanye yang kondusif dan tanpa adanya Black Campaign

Selain itu siapapun nantinya yang menjadi pemimpin jakarta selama lima tahun kedepan bisa mengubah wajah ibukota lebih baik lagi. Karena dari ketiganya mempunyai potensi untuk memimpin Jakarta. (GH)