Belakangan ini, politik indonesia diramaikan oleh perebutan kursi gubernur DKI Jakarta.
Sebelumnya
banyak nama-nama tenar sempat mengisi bursa DKI 1 semisal Wali Kota
Bandung (Ridwan Kamil), Politikus Yusril Indra Mahendra, Lulung Lunggana, Musisi Ahmad Dhani dan Wali Kota
Surabaya (Tri Risma).
Namun nama-nama tersebut terpatahkan seiiring berjalannya waktu. Drama
berlanjut menjelang ahir pendaftaran calon gubernur DKI Jakarta
beberapa waktu lalu, PDIP yang sempat berseteru dengan Ahok justru resmi mendeklarasikan pasangan Ahok-Djarot
sebagai Cagub dan Cawagub DKI bersama dengan partai Golkar , Nasdem dan
Hanura.
Sementara
hal tak kalah mengejutkan datang dari kediaman mantan Presiden Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono di Cikeas Bogor. Partai Demokrat sebagai poros tengah
resmi mengusung Agus Harimurti Yudhoyono -Sylviana Murni untuk maju
dalam pilkada DKI. Pasangan ini pun didukung pula oleh Partai Amanat
Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP)
Dikubu
lain pun tak kalah mengejutkan, setelah sebelumnya Sandiaga Uno -
Yusril digadang gadang menjadi calon yang bakal diusung oleh Partai
Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Justru menjelang ahir
pendaftaran nama Anies Baswedan - Sandiaga Uno lah yang muncul untuk
dicalonkan oleh dua partai ini.
Jika
melihat hasil yang diusung masing-masing kubu, bisa disimpulkan jika
pada pilkada kali ini masih berkutat kepada tiga poros pemimpin kubu. Mereka
yaitu kubu Megawati, kubu SBY dan kubu Prabowo. Jika melihat kebelakang
ketiga sosok ini merupakan efek lanjutan dari perebutan kursi presiden
beberapa waktu lalu. Maka tidak bisa dipungkiri pula jika ketiga sosok ini
menjadi sosok berpengaruh tidak hanya di masing-masing kubu namun di perpolitikan Indonesia.
Menilik Kekuatan Masing-Masing Calon
1. Ahok-Djarot
Pasangan
pertama menjadi kadidat kuat untuk kembali memimpin Jakarta, Pasalnya
menurut hasil survei dari berbagai lembaga survei tingkat elektabilitas
Ahok unggul jauh dari para pesaingnya. Selain itu hasil kerja mereka
berdua dianggap oleh beberapa masyarakat Jakarta cukup berhasil untuk
menghadirkan perubahan di DKI. contoh nyata yang banyak disebut yaitu
masalah banjir dan pembangunan.
Namun
bukan berarti langkah mereka bakal berjalan mulus untuk kembali
menjabat sebagai orang nomor 1 dan 2 di DKI. Pasalnya setalah munculnya nama Agus dan Anies justru tingkat elektabilitas Ahok semaki menurun meskipun masih unggul jauh dari pasangan lainya. Hal itu disebabkan oleh sifatnya yang ceplas
ceplos dan tegas, banyak orang yang tidak menyukai gaya kepemimpinannya
tersebut. Jika pasangan Ahok-Djarot terlena bukan tidak mungkin jika pasangan ini harus mengakui keunggulan lawan-lawannya kelak.
2. Anies - Sandiaga
Pasangan
kedua ini pun bisa menjadi kuda hitam dalam pilkada DKI nanti. Nama
Anies Baswedan bukan nama baru di perpolitikan indonesia. Anies sempat
menjadi peserta konvensi partai demokrat untuk pilpres 2014, Ia pernah
terlibat tim sukses pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, Ia juga pernah
menjabat sebagai mentri pendidikan dan kebudayaan. Selai sebagai
politikus Trek record Anies sebagai akademisi menjadi modal kuat untuk
dijual nantinya untuk menyaingi kedua pasangan lainya. Selain itu kedua
pasangan ini dikenal sebagai sosok yang santun bisa menjadi senjata
lainya yang bisa dijual nantinya
Namun
meski begitu banyak kalangan memprediksi jika keduanya tidak terlalu
menjadi ancaman serius bagi dua pasangan lainya. Ada beberapa faktor
yang banyak kalangan menilai seperti itu. Yang pertama yaitu mengenai
pernyataan Anies terhadapa Prabowo saat pilpres beberapa waktu lalu saat menjadi tim suskes Jokowi-JK , disebut bisa
memecah suara dari partai gerindra. Faktor kedua yaitu elektabilitas
sandiaga uno yang tak kunjung naik menjadi faktor penghambat lainya.
3. Agus Harimurti - Sylviana
Pasangan
ketiga ini menjadi kandidat kuat pesaing Ahok-Djarot. Sosok Agus saat
masih di tentara menjadi sosok paling digemari oleh kalangan remaja
khususnya wanita. Selain
itu, sosoknya yang kharismatik, sifatnya yang santun dan kalem namun
tetap tegas khas militer menjadi modal berharga dirinya bersaing dalam
perebutan kursi DKI 1.
Maka
tak heran jika beberapa partai besar indonesia menginginkannya untuk
menjadi lawan Ahok-Djarot di pilkada DKI. Tak tanggung tanggung 4 partai
besar yang menamakan dirinya koalisi poros tengah pun mengusung dirinya
antara lain Partai Demokrat, PAN,PKB dan PPP. Tak sampai disitu
baru-baru ini dukungan pun dari 9 partai tang tergabung dalam koalisi
Bhineka Tunggal Ika pun ikut mendukung dirinya. Kesembilan partai
tersebut masing-masing Partai
Matahari Bangsa, Pakar Pangan, Partai Kasih Demokrasi Indonesia,
Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Buruh, Partai Kebangkitan
Nasional Ulama, Partai Pelopor, Partai Barisan Nasional dan Partai
Pribumi.
Sebagai
gebrakan awal didunia politik, Putra dari Susilo Bambang Yudhoyono ini
patut diperhitungkan. Bahkan menurut beberapa pengamat politik Agus
Harimurti ini diproyeksikan untuk maju dalam Pilpres 2024 nanti. Bahkan
ada pengamat politik yang menilai langkah yang di ambil SBY ini
mencalonkan anaknya sebagai langkah awal untuk memperkenalkan figur baru
sekaligus menilai sejauh mana sosok anaknya dikenal dan dipercaya oleh
masyarakat. Memang Partai Demokrat sendiri sedang membangun kembali
kepercayaan masyarakat setelah saat diera SBY banyak kader demokrat yang
terjerat kasus korupsi.Sebelum nantinyaa pertarungan sesungguhnya pada
pilpres 2024 nanti saat era presiden jokowi sudah habis dua periode.
Meski
cukup menjanjikan, pasangan ini dinilai masih belum layak untuk
memimpin Jakarta selama lima tahun kedepan. Minimnya pengalaman menjadi
faktor utama penghambat keduanya. Namun pasangan ini mempunyai potensi kuat untuk menjegal pasangan Ahok-Djarot.
Setelah
menilik kekuatan masing-masing calon bisa dipastikan jika pilkada DKI
nanti akan berlangsung sangat ketat. Apalagi ketiganya memiliki trek
record baik di masing-masing bidang. Publik pun berharap jika dalam
pilkada nanti berlangsung bersih tanpa adanya saling menghina antara
pasangan dari masing masing pendukung. Apalagi dengan masuknya Anies
Baswedan dan Agus Harimurti yang dikenal santun bisa menciptakan
suasana kampanye yang kondusif dan tanpa adanya Black Campaign
Selain
itu siapapun nantinya yang menjadi pemimpin jakarta selama lima tahun
kedepan bisa mengubah wajah ibukota lebih baik lagi. Karena dari
ketiganya mempunyai potensi untuk memimpin Jakarta. (GH)